Sabtu, 30 September 2017

Nobar Film Dokumenter G30S PKI Di Graha Widya Wisuda

Tragedi G30S/PKI 52 Tahun Lalu, Kilas Balik Sejarah Kelam yang Tak Boleh Terulang
GERAKAN 30 September (G30S) yang mengguncang kestabilan keamanan nasional terjadi pada 52 tahun lalu. Tujuh jenderal tinggi menjadi incarannya. Mereka adalah Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani, Mayjen (Anumerta) Donald Ifak Panjaitan, Letjen (Anumerta) MT Haryono, Letjen (Anumerta) Siswono Parman, Letjen (Anumerta) Suprapto, Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten CZI (Anumerta) Pierre Tendean.
Mengutip dari berbagai sumber, Jumat (29/9/2017), para pelaku merupakan oknum tentara yang diduga hendak memberontak dengan melakukan kudeta merebut pemerintahan. Diduga kuat mereka berhubungan erat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tapi benar atau tidak, masih menjadi perdebatan sampai saat ini.
Para pelaku kudeta mengawalinya pada 1 Oktober 1965 pagi dengan berkumpul di Landasan Udara Halim Perdanakusuma. Mereka kemudian bergerak menuju selatan Jakarta untuk menculik tujuh jenderal yang semuanya anggota staf tentara.
Tiga dari tujuh korban yang direncanakan mereka bunuh di rumah sendiri yaitu Ahmad Yani, MT Haryono, dan DI Panjaitan. Ketiga target lain yakni Soeprapto, Siswono Parman, dan Sutoyo yang ditangkap hidup-hidup.
Sedangkan Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil kabur setelah melompati dinding yang berbatasan dengan taman di Kedutaan Besar Irak. Meski begitu, sang ajudan yaitu Lettu Pierre Andreas Tendean ditangkap. Kemudian anak gadisnya Ade Irma Suryani (5) tertembak regu sergap dan tewas di RSPAD Gatot Subroto pada 6 Oktober.
Para target dari G30S/PKI yang terdiri dari jenazah dan jenderal yang masih hidup kemudian dibawa ke sebuah rumah di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Semua target yang masih hidup lalu disiksa hingga tewas. Kemudian semua jenazahnya dibuang ke sumur kecil dekat markas tersebut.
Pada pukul 07.00 WIB, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan pernyataan Untung Syamsuri, komandan Tjakrabirawa, pasukan penjaga presiden. Ia mengatakan Gerakan 30 September telah berhasil mengambil alih lokasi-lokasi strategis di Jakarta dengan bantuan anggota lainnya.
Namun, mereka ternyata melupakan Soeharto yang menjadi pimpinan Kostrad. Ia pun segera mengambil alih kepemimpinan dan membuat langkah penyelamatan. Soeharto cepat-cepat menghubungi anggota militer lain yang masih setia dengan NKRI. Selanjutnya berusaha merebut lagi fasilitas-fasilitas yang dikuasai G30s/PKI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKU YAKIN~

Aku yakin jodohku tak kan tertukar, maka kufokuskan energi untuk meningkatkan kualitas diri. Aku yakin rizkiku tak kan diambil orang, maka k...